Anak PRAMUKA Banget

Dari dulu saya orangnya memang aktif banget, di sekolah tidak bisa diam diam, dari kecil sudah di-mindset oleh orang tua kalau se...



Dari dulu saya orangnya memang aktif banget, di sekolah tidak bisa diam diam, dari kecil sudah di-mindset oleh orang tua kalau sekolah ya harus banyak gerak, banyak mikir, banyak belajar, dan bermain. Karena waktu SD merasa belum cukup ilmu dengan hanya ikut belajar lalu pulang, akhirnya saya memutuskan ikut ekstrakurikuler, tapi belum tau ingin ikut apa dan yang cocok mana, karena adek dan sahabat saya masuk Pramuka akhirnya saya ikut-ikutan deh. 


Awalnya sih biasa saja sepulang sekolah kumpul-kumpul diberi Dasa Dharma, Trisatya, materi dasar, sandi, morse, semaphore, dan lain-lain. Cuman, saya tidak terlalu suka mempelajari materi-materi seperti itu, karena, satu bener-bener membosankan, dua karena kakak kelas yang mengajar sangat tidak kompeten (hehe) sehingga suasana belajar jadi monoton. Rasa menyenangkan dimulai ketika belajar main tongkat, even it’s just dug dug tak tak dug tak tak dug tek tek tidak jelas, tapi seru sekali. Rasa menyenangkan kedua datang ketika belajar PBB (Peraturan Baris Berbaris), bagaimana caranya hadap-hadapan, hormat dan segala tektek bengek yang membuat saya ‘gila’ PBB, sampai merasa wajib diaplikasikan setiap hari senin sewaktu upacara, segimanapun pegelnya kita, bodoh memang. Dan karena alasan itu pula saya dipilih menjadi Ketua Regu Kalajengking, yeaaah.

Sewaktu ada event kemping, orang tua khawatir karena saya dan adek untuk pertama kalinya menginap bersama strangers. Pengalaman pertama juga buat saya harus tidur di tenda yang cuma dilapisi karpet tipis yang gerinjal gerinjul batu kerikil masih kerasa, ya, saya memang manja. Oh ya, Ummi saya cemas beneran dan akhirnya malah Abi saya disuruh ikut kemping di sekolah, sama aja bohong kan? Tapi akhirnya saya tetap dilantik jadi Pramuka Siaga hhhhh.

Masuk SMP, dengan alasan belum puas dengan sistem kegiatan Pramuka di SD yang kebanyakan cuma senang-senang, saya ikut lagi ekskul Pramuka. Ternyata perbedaannya jauh sekali, di tingkat SMP ini, mulai diajarkan macam-macam, seperti simpul pramuka, P3K, mungkin jika diibaratkan game, pada tingkat ini adalah mode Hard, sedangkan SD itu mode Normal. Pada momen ini pula mulailah dicekoki sistem ‘salah = bentak’, ‘Senior selalu benar’, dan ‘salah fatal = hukuman’, sudah berapa ratus kali saya di-push-up selama semester pertama, dibentak, disalahkan, dan dihukum, padahal seingat saya, segala yang saya lakukan dan jawab itu sudah sesuai prosedur dan tatakrama Pramuka, yaelah masih saja salah. 

Sudah hampir menyerah atas perlakuan senior (yang katanya, tujuannya untuk membentuk mental kita sendiri), saya memutuskan untuk keluar, tapi sayang karena merasa sudah jauh, dan “udah dibentak-bentak, dihukumin, mau nyerah gitu aja? inget sebentar lagi kamu bisa balas dendam ke junior nanti”, ya, balas dendam, menjadi faktor utama untuk tetap bertahan. Setelah melewati pelantikan yang sampai wajah saya dilumuri lumpur, disuruh cium tanah, jerit malam ke kuburan sambil ditakut-takuti, ditinggalkan sendirian di tengah hutan, dan diwajibkan memenuhi materi di dalam buku SKU (Syarat Kecakapan Umum) akhirnya saya menjadi Pramuka Penggalang, Regu Cendrawasih. Bangga dong setiap sabtu pakai baju pramuka lengkap dengan atributnya dan segala bordiran-bordiran kecakapan di kerah dan seragam.

Akhirnya naik ke Mode Expert. Di SMA, saya tidak mau menyia-nyiakan ilmu yang saya sudah saya dapat di 2 tingkat sebelumnya, terjerembab lagi saya dalam siklus bentak-membentak yang kali ini lebih kejam dan intens. Kali ini memang mental kita benar-benar diuji. Jadi satu tahun pertama itu kita disebut Caban alias Calon Bantara (Bantara itu salah satu tingkatan di dalam Pramuka Penegak), jadi caban itu asli gak enak, pakaian harus rapi, sikap harus baik, bicara tidak boleh kasar, tidak boleh makan dan minum sambil berdiri apalagi jalan dan sebagainya. Jadi gini, selama seminggu kita wajib patuh sama rules yang udah dibuat, oke sih, kalau senin sampai jum’at masih bisa sembunyi-sembunyi kan, nah kalau hari sabtu ada yang langgar, kita dikasih poin 20 sampai 80 tergantung pelanggaran yang kita buat, nah semua poin yang kita kumpulin itu nantinya diakumulasikan dan ditukarkan dengan hukuman push up sesuai dengan jumlah poin pelanggaran, kalo kita ngelakuin 5 pelanggaran, poinnya bisa sampe 150, sebel banget. Saya pernah dapat poin 50 dan wajib push up cuman gara-gara tidak sengaja lepas Kacu (dasi baju pramuka) sambil berdiri.
Maafin muka alay saya :')

Mengisi SKU wajib pun tidak boleh main-main, semua harus full isi, dan setelah kita jalanin tes pengisian SKU, buku SKU nya diplastikin terus dilempar ke danau, dan setiap orang harus ambil  SKU nya masing-masing, kalau ada yang salah ambil, diberi hukuman. Yang paling parah itu pelantikannya, saya nih ya, kan penakut abis, malah banyak ditakut-takutin,  ditinggal di tengah hutan lah, direndem di sungai sendirian, sampai PBB di lahan lumpur yang kalau kita kebelesek bisa nyampe sebetis. Udah gitu dibentak pas pos-posan sama jerit malam, udah deh lengkap semua penderitaan. Tapi bahagia dan bangga banget ketika selesai pelantikan, kita upacara, nyanyi Padamu Negeri sambil dipasangkan balok Bantara di bahu kita, yang melambangkan sah nya kita menjadi Pramuka Penegak, dan siap diberi amanah mengemban tugas organisasi dan menepati Dasa Dharma. Untuk jadi Penegak Laksana (tingkatan setelah Bantara) lebih mudah uji mental dan pelantikannya. Finally, saya menjadi Pramuka Penegak Ambalan Prabu Siliwangi.  Hhhhh.
Dedengkotnya pramuka SMA nih (-.-)v

Memang sih, semua yang saya ceritakan di atas itu pahitnya jadi Pramuka, tapi justru pengalaman yang seperti itu yang sampai sekarang pun masih sulit untuk dilupakan. Tidak semua, setiap momen gak enak seperti itu kok, banyaaaaak sekali momen-momen bahagia dan bikin bangga. Yang lebih utama sih perjuangan bersama teman-teman, dari dihukum bareng, dilantik bareng, ketawa bareng, apalagi momen kebersamaan saat mengelilingi api unggun sambil bercerita. Lalu yang saya dapat dari ikut Pramuka ini apa? Banyak lah, salah satu contoh kecilnya sih saya lebih bisa menghargai dan disiplin terhadap waktu, 12 tahun dididik, masa iya masih belum bisa disiplin. Mentalnya juga sedikit-sedikit berubah, dan sudah siap menghadapi ospek dan mabim dunia perkuliahan. Intinya sih, kita juga sudah belajar berorganisasi, bisa juga belajar macam-macam orang, bisa banyak berpendapat dan menambah ilmu yang baru hehe. 

Saya, sekarang kuliah pun masih tetap tidak bisa diam, gatel untuk ikut UKM ini UKM itu, BEM, HIMA, panitia ini panitia itu hahaha, ya saya pribadi untuk kali ini belum menemukan manfaat yang benar-benar ‘manfaat’ selain menambah teman dari ikut ini itu, tapi yakin kok, kalau semua tidak sia-sia, semua pasti ada manfaatnya, peduli amat dibilang sok aktif, daripada ikut kegiatan yang negatif kan?

You Might Also Like

13 comments

  1. Aku SD nggak ikut apa-apa, pas SMP mau ikut pramuka tapi nggak dikasih bapak saya, karena alasan sepele, saya nggak bisa berenang :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. lah emang kalo mau ikut Pramuka harus bisa berenang?

      Delete
  2. Bentuknya simpel ya, tau-taunya hukum sana sini gitu :'v
    Waktu SMP saya pelantikan PMR tuh kek gitu, disuruh jalan jongkok keliling sekolah, kek pos pos gitu. Mashallah wkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya bener. sama disuruh pos-posan gitu kan? terus di setiap pos nya pasti kena hukuman haha

      Delete
  3. ikut pramuka cuman SD doang, selebihnya enggak, lagian ikut cuman mau nimbrung doang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. lah, bisa juga nih, nimbrung doang ya. haha

      Delete
  4. saya pernah ikutan exstrakulikuler pramuka pas waktu smp cuman sekali-kalinya alesanya males banget :)

    ReplyDelete
  5. Aku baca. Tapi nggak ngerti sama sekali.
    Aku lahir hari pramuka. Tapi nggak suka sama sekali.

    *sobs in morse* (?)

    ReplyDelete
  6. Pas SD aja jadi anak Pramuka, itu pun cuma jadi Ketua Pasukan Inti, nggak kesampean jadi Pratama. SMP nggak ikutan apa-apa. SMA jadi rohis, tapi pengen juga masuk Pramuka lagi, akhirnya ya cuma jadi orang yg suka maen aja di sekrenya, soalnya deket masjid. Sekarang udah pensiun jadi aktivis kampus.

    Yg selalu membekas ya pos-posan itunya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. pensiun jadi aktivis kampus karena udah jadi mahasiswa tingkat akhir kan ya? hehe

      Delete
  7. Sama donkkk, saya juga dulunya bekas anggota Pramuka. 4 tahun di penggalang dan 8 tahun jadi pembina. Efek sampingnya? Ya persis sama seperti yg kamu tulis di atas...saya jadi kecanduan untuk aktif di organisasi dan haus akan ilmu =)

    Salam pramuka! =)

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah om kep juga bekas anggota pramuka? emang ya om, kalo dari dulu udah suka ikut ekskul, semakin kesini semakin kecanduan, gak bisa diem aja.

      Salam pramuka juga :D

      Delete