Cerita
Anak PRAMUKA Banget
Thursday, July 09, 2015
Dari
dulu saya orangnya memang aktif banget, di sekolah tidak bisa diam diam, dari
kecil sudah di-mindset oleh orang tua kalau sekolah ya harus banyak gerak,
banyak mikir, banyak belajar, dan bermain. Karena waktu SD merasa belum cukup
ilmu dengan hanya ikut belajar lalu pulang, akhirnya saya memutuskan ikut
ekstrakurikuler, tapi belum tau ingin ikut apa dan yang cocok mana, karena adek
dan sahabat saya masuk Pramuka akhirnya saya ikut-ikutan deh.
Awalnya
sih biasa saja sepulang sekolah kumpul-kumpul diberi Dasa Dharma, Trisatya,
materi dasar, sandi, morse, semaphore, dan lain-lain. Cuman, saya tidak terlalu
suka mempelajari materi-materi seperti itu, karena, satu bener-bener
membosankan, dua karena kakak kelas yang mengajar sangat tidak kompeten (hehe)
sehingga suasana belajar jadi monoton. Rasa menyenangkan dimulai ketika belajar
main tongkat, even it’s just dug dug tak tak dug tak tak dug tek tek tidak
jelas, tapi seru sekali. Rasa menyenangkan kedua datang ketika belajar PBB
(Peraturan Baris Berbaris), bagaimana caranya hadap-hadapan, hormat dan segala
tektek bengek yang membuat saya ‘gila’ PBB, sampai merasa wajib diaplikasikan
setiap hari senin sewaktu upacara, segimanapun pegelnya kita, bodoh memang. Dan
karena alasan itu pula saya dipilih menjadi Ketua Regu Kalajengking, yeaaah.
Sewaktu
ada event kemping, orang tua khawatir karena saya dan adek untuk pertama
kalinya menginap bersama strangers. Pengalaman pertama juga buat saya harus
tidur di tenda yang cuma dilapisi karpet tipis yang gerinjal gerinjul batu
kerikil masih kerasa, ya, saya memang manja. Oh ya, Ummi saya cemas beneran dan
akhirnya malah Abi saya disuruh ikut kemping di sekolah, sama aja bohong kan?
Tapi akhirnya saya tetap dilantik jadi Pramuka Siaga hhhhh.
Masuk
SMP, dengan alasan belum puas dengan sistem kegiatan Pramuka di SD yang
kebanyakan cuma senang-senang, saya ikut lagi ekskul Pramuka. Ternyata
perbedaannya jauh sekali, di tingkat SMP ini, mulai diajarkan macam-macam,
seperti simpul pramuka, P3K, mungkin jika diibaratkan game, pada tingkat ini
adalah mode Hard, sedangkan SD itu mode Normal. Pada momen ini pula mulailah
dicekoki sistem ‘salah = bentak’, ‘Senior selalu benar’, dan ‘salah fatal =
hukuman’, sudah berapa ratus kali saya di-push-up selama semester pertama,
dibentak, disalahkan, dan dihukum, padahal seingat saya, segala yang saya
lakukan dan jawab itu sudah sesuai prosedur dan tatakrama Pramuka, yaelah masih
saja salah.
Sudah
hampir menyerah atas perlakuan senior (yang katanya, tujuannya untuk membentuk
mental kita sendiri), saya memutuskan untuk keluar, tapi sayang karena merasa
sudah jauh, dan “udah dibentak-bentak,
dihukumin, mau nyerah gitu aja? inget sebentar lagi kamu bisa balas dendam ke
junior nanti”, ya, balas dendam, menjadi faktor utama untuk tetap bertahan.
Setelah melewati pelantikan yang sampai wajah saya dilumuri lumpur, disuruh
cium tanah, jerit malam ke kuburan sambil ditakut-takuti, ditinggalkan
sendirian di tengah hutan, dan diwajibkan memenuhi materi di dalam buku SKU
(Syarat Kecakapan Umum) akhirnya saya menjadi Pramuka Penggalang, Regu
Cendrawasih. Bangga dong setiap sabtu pakai baju pramuka lengkap dengan
atributnya dan segala bordiran-bordiran kecakapan di kerah dan seragam.
Akhirnya
naik ke Mode Expert. Di SMA, saya tidak mau menyia-nyiakan ilmu yang saya sudah
saya dapat di 2 tingkat sebelumnya, terjerembab lagi saya dalam siklus
bentak-membentak yang kali ini lebih kejam dan intens. Kali ini memang mental
kita benar-benar diuji. Jadi satu tahun pertama itu kita disebut Caban alias
Calon Bantara (Bantara itu salah satu tingkatan di dalam Pramuka Penegak), jadi
caban itu asli gak enak, pakaian harus rapi, sikap harus baik, bicara tidak
boleh kasar, tidak boleh makan dan minum sambil berdiri apalagi jalan dan
sebagainya. Jadi gini, selama seminggu kita wajib patuh sama rules yang udah
dibuat, oke sih, kalau senin sampai jum’at masih bisa sembunyi-sembunyi kan,
nah kalau hari sabtu ada yang langgar, kita dikasih poin 20 sampai 80
tergantung pelanggaran yang kita buat, nah semua poin yang kita kumpulin itu
nantinya diakumulasikan dan ditukarkan dengan hukuman push up sesuai dengan
jumlah poin pelanggaran, kalo kita ngelakuin 5 pelanggaran, poinnya bisa sampe
150, sebel banget. Saya pernah dapat poin 50 dan wajib push up cuman gara-gara tidak
sengaja lepas Kacu (dasi baju pramuka) sambil berdiri.
Mengisi
SKU wajib pun tidak boleh main-main, semua harus full isi, dan setelah kita
jalanin tes pengisian SKU, buku SKU nya diplastikin terus dilempar ke danau, dan
setiap orang harus ambil SKU nya
masing-masing, kalau ada yang salah ambil, diberi hukuman. Yang paling parah
itu pelantikannya, saya nih ya, kan penakut abis, malah banyak
ditakut-takutin, ditinggal di tengah
hutan lah, direndem di sungai sendirian, sampai PBB di lahan lumpur yang kalau
kita kebelesek bisa nyampe sebetis. Udah gitu dibentak pas pos-posan sama jerit
malam, udah deh lengkap semua penderitaan. Tapi bahagia dan bangga banget
ketika selesai pelantikan, kita upacara, nyanyi Padamu Negeri sambil
dipasangkan balok Bantara di bahu kita, yang melambangkan sah nya kita menjadi
Pramuka Penegak, dan siap diberi amanah mengemban tugas organisasi dan menepati
Dasa Dharma. Untuk jadi Penegak Laksana (tingkatan setelah Bantara) lebih mudah
uji mental dan pelantikannya. Finally, saya menjadi Pramuka Penegak Ambalan
Prabu Siliwangi. Hhhhh.
Memang
sih, semua yang saya ceritakan di atas itu pahitnya jadi Pramuka, tapi justru
pengalaman yang seperti itu yang sampai sekarang pun masih sulit untuk
dilupakan. Tidak semua, setiap momen gak enak seperti itu kok, banyaaaaak
sekali momen-momen bahagia dan bikin bangga. Yang lebih utama sih perjuangan
bersama teman-teman, dari dihukum bareng, dilantik bareng, ketawa bareng,
apalagi momen kebersamaan saat mengelilingi api unggun sambil bercerita. Lalu
yang saya dapat dari ikut Pramuka ini apa? Banyak lah, salah satu contoh kecilnya
sih saya lebih bisa menghargai dan disiplin terhadap waktu, 12 tahun dididik,
masa iya masih belum bisa disiplin. Mentalnya juga sedikit-sedikit berubah, dan
sudah siap menghadapi ospek dan mabim dunia perkuliahan. Intinya sih, kita juga
sudah belajar berorganisasi, bisa juga belajar macam-macam orang, bisa banyak
berpendapat dan menambah ilmu yang baru hehe.
Saya,
sekarang kuliah pun masih tetap tidak bisa diam, gatel untuk ikut UKM ini UKM
itu, BEM, HIMA, panitia ini panitia itu hahaha, ya saya pribadi untuk kali ini
belum menemukan manfaat yang benar-benar ‘manfaat’ selain menambah teman dari
ikut ini itu, tapi yakin kok, kalau semua tidak sia-sia, semua pasti ada
manfaatnya, peduli amat dibilang sok aktif, daripada ikut kegiatan yang negatif
kan?
13 comments
Aku SD nggak ikut apa-apa, pas SMP mau ikut pramuka tapi nggak dikasih bapak saya, karena alasan sepele, saya nggak bisa berenang :D
ReplyDeletelah emang kalo mau ikut Pramuka harus bisa berenang?
DeleteBentuknya simpel ya, tau-taunya hukum sana sini gitu :'v
ReplyDeleteWaktu SMP saya pelantikan PMR tuh kek gitu, disuruh jalan jongkok keliling sekolah, kek pos pos gitu. Mashallah wkwkwk
iya bener. sama disuruh pos-posan gitu kan? terus di setiap pos nya pasti kena hukuman haha
Deleteikut pramuka cuman SD doang, selebihnya enggak, lagian ikut cuman mau nimbrung doang.
ReplyDeletelah, bisa juga nih, nimbrung doang ya. haha
Deletesaya pernah ikutan exstrakulikuler pramuka pas waktu smp cuman sekali-kalinya alesanya males banget :)
ReplyDeleteAku baca. Tapi nggak ngerti sama sekali.
ReplyDeleteAku lahir hari pramuka. Tapi nggak suka sama sekali.
*sobs in morse* (?)
yah, sayang banget gak suka pramuka :(
DeletePas SD aja jadi anak Pramuka, itu pun cuma jadi Ketua Pasukan Inti, nggak kesampean jadi Pratama. SMP nggak ikutan apa-apa. SMA jadi rohis, tapi pengen juga masuk Pramuka lagi, akhirnya ya cuma jadi orang yg suka maen aja di sekrenya, soalnya deket masjid. Sekarang udah pensiun jadi aktivis kampus.
ReplyDeleteYg selalu membekas ya pos-posan itunya.
pensiun jadi aktivis kampus karena udah jadi mahasiswa tingkat akhir kan ya? hehe
DeleteSama donkkk, saya juga dulunya bekas anggota Pramuka. 4 tahun di penggalang dan 8 tahun jadi pembina. Efek sampingnya? Ya persis sama seperti yg kamu tulis di atas...saya jadi kecanduan untuk aktif di organisasi dan haus akan ilmu =)
ReplyDeleteSalam pramuka! =)
wah om kep juga bekas anggota pramuka? emang ya om, kalo dari dulu udah suka ikut ekskul, semakin kesini semakin kecanduan, gak bisa diem aja.
DeleteSalam pramuka juga :D