Into The Wild dan Pencarian Jati Diri

“Some people feel like they don’t deserve love. They walk away quietly into empty spaces, trying to close the gaps of the past”   ...



“Some people feel like they don’t deserve love.
They walk away quietly into empty spaces, trying to close the gaps of the past” 
 Christopher McCandless, Into The Wild.

Ada 3 buah film yang udah lama saya tonton yaitu, Into The Wild (rilis 2007), Tracks (2013), dan Wild (2014), yang sedang terbayang di pikiran saat saya ini. Ketiga filmnya punya premis yang hampir sama, yaitu seorang yang ingin bebas dari segala beban hidup dan masa lalu dengan cara menelusuri alam bebas (ya, anggaplah seperti itu karena moral ceritanya lebih dalam dan universal daripada yang saya bilang hehe). Oh ya, dan semua film itu adalah based on true story.

Into The Wild, menceritakan seorang pria berpendidikan bernama Christopher Johnson McCandless yang memutuskan untuk pergi meninggalkan keluarganya dan memulai hidup dengan caranya sendiri, yaitu berpetualang di alam bebas. Dia meninggalkan semua unsur-unsur kehidupan lamanya, seperti teknologi, kekayaan, teman. Bahkan dengan sengaja menghilang dari keluarganya tanpa meninggalkan kontak dan jejak sama sekali.

Hampir memiliki kisah yang mirip, Tracks adalah kisah Robyn Davidson, seorang wanita yang melakukan perjalanan sepanjang 2000- something mil di gurun yang cuma ditemani oleh anjing dan beberapa unta. 


Wild pun sama sih, ceritanya tentang Cheryl Strayed  yang berusaha keluar dari masalahnya, dari mulai kematian ibunya, pernikahannya yang kacau, hingga seks bebas dan narkoba yang membuatnya frustasi dan mendekatkannya pada kematian jiwa. Dan pilihannya jatuh pada petualangan untuk menyusuri Pacific Crest  Trail yang panjangnya 2000- something mil (juga) seorang diri.

Chris (Into The wild) adalah karakter yang saya sukai, ia punya kemarahan pada kepalsuan yang tumbuh pada diri manusia, termasuk orang tuanya. Ia mengkritisi pola pikir manusia, menyindir pola hidup maupun tingkah laku manusia yang sering menginginkan kebahagiaan dengan banyak menutupi black hole dalam dirinya, dan menambalnya dengan kepalsuan, yang justru merupakan dasar dari depresi. Akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan kekacauan itu dengan cara “into the wild”. Banyak orang yang mengganggap tindakannya bodoh dan emosional belaka. Di satu sisi memang benar sih, secara nggak langsung dia sendiri termasuk bertingkah palsu dengan lari dari kenyataan hidup, dan rasa-rasanya terlalu ekstrim. But I still like his way hehe.


Kedua wanita, Cheryl dan Robyn, yang notabene memiliki masa lalu yang cukup banyak masalah, sengaja sendirian berpetualang di alam bebas untuk menjernihkan pikiran mereka. Dan saya suka bagaimana cara mereka melalui semuanya, dan ketika kembali dari alam mereka menjadi orang yang benar-benar “baru”, dan melepas semua kesuraman masa lalu.

Nggak, Saya nggak lagi frustasi seperti Cheryl. Atau cenderung lelah dengan kehidupan yang palsu  seperti yang diutarakan McCandless. Nggak kok. Saya cuman mikir betapa asyiknya kalau saya punya keberanian untuk melakukan hal yang sama seperti mereka, tapi atas dasar untuk mencari arti hidup dan menemukan kedewasaan. You know like, ketika kamu terlalu memikirkan dunia dan segala atribut keduniawiannya, ada saat dimana kamu ingin sendiri untuk sementara, berjalan-jalan, menghirup udara segar, menikmati keidahan alam, dan menyelami diri sendiri. 

Tapi anak mami dan manusia hedonis seperti saya bisa nggak ya berpetualang sendirian di alam bebas?


sumber:

You Might Also Like

7 comments

  1. Bisa banget kok berpetualang di alam liar, palingan mati kayak si Christopher. Atau minimal selamat tapi jadi buntung kayak yg di 127 Hours.

    ReplyDelete
  2. Aku pernah nemu kutipan dari Henry sih, one's destination is never a place, but a new way of seeing things. Meskipun untuk menyadari 'cara lain melihat satu hal' itu adalah dengan jalan-jalan, kalau nggak bisa sih gak usah dipaksakan kalau menurutku xD

    Kadang, dengan bikin pertemanan baru bisa juga sih kita nemu jalan itu. Aku pernah sih lagi bingung sendiri gitu lalu akhirnya ngajak temen kelas (yg belum pernah jalan bareng) jalan ke bukit moko (kan deket ya) dan banyak banget hal baru yang aku temuin, baik tentang diri mereka, diri aku dan kota yang aku tinggali. Rasanya jadi gak sumpek lagi✌

    Jadi, ya. Kalo lagi sumpek, nggak usah jauh-jauh perginya kalau nggak memungkinkan
    XD

    ReplyDelete
  3. Aih berat banget makna filosofis film-film ini. Jujur aja aku nggak kuat nonton sampe tamat. -______-

    Malahan film Tràcks aku nonton di UWRF 2014 dan ketemu penulisnya. :3

    ReplyDelete
  4. sebenernya kalau bisa dan berani, aku mau kayak mereka mas. pergi kemana aja, ke alam bebas yang luas, sekedar buat njernihin pikiran :'

    ReplyDelete
  5. Yang penting punya nyali yang gede yakin deh bisa berpetualang bebas dan menemukan jati dirinya :D

    Halo salam kenal pertama berkunjung nih hehehe

    widazee.blogspot.co.id

    ReplyDelete