Cerita
Into The Wild dan Pencarian Jati Diri
Thursday, October 15, 2015
“Some people feel like they don’t deserve love.
They walk away quietly into empty spaces, trying to close the gaps of
the past”
Christopher McCandless, Into The Wild.
Ada
3 buah film yang udah lama saya tonton yaitu, Into The Wild (rilis 2007), Tracks
(2013), dan Wild (2014), yang sedang
terbayang di pikiran saat saya ini. Ketiga filmnya punya premis yang hampir
sama, yaitu seorang yang ingin bebas dari segala beban hidup dan masa lalu
dengan cara menelusuri alam bebas (ya, anggaplah seperti itu karena moral
ceritanya lebih dalam dan universal daripada yang saya bilang hehe). Oh ya, dan
semua film itu adalah based on true story.
Into The Wild, menceritakan seorang
pria berpendidikan bernama Christopher Johnson McCandless yang memutuskan untuk
pergi meninggalkan keluarganya dan memulai hidup dengan caranya sendiri, yaitu
berpetualang di alam bebas. Dia meninggalkan semua unsur-unsur kehidupan
lamanya, seperti teknologi, kekayaan, teman. Bahkan dengan sengaja menghilang
dari keluarganya tanpa meninggalkan kontak dan jejak sama sekali.
Hampir
memiliki kisah yang mirip, Tracks adalah
kisah Robyn Davidson, seorang wanita yang melakukan perjalanan sepanjang 2000-
something mil di gurun yang cuma ditemani oleh anjing dan beberapa unta.
Wild pun sama sih, ceritanya tentang
Cheryl Strayed yang berusaha keluar dari
masalahnya, dari mulai kematian ibunya, pernikahannya yang kacau, hingga seks
bebas dan narkoba yang membuatnya frustasi dan mendekatkannya pada kematian
jiwa. Dan pilihannya jatuh pada petualangan untuk menyusuri Pacific Crest Trail yang panjangnya 2000- something mil
(juga) seorang diri.
Chris
(Into The wild) adalah karakter yang saya sukai, ia punya kemarahan pada
kepalsuan yang tumbuh pada diri manusia, termasuk orang tuanya. Ia mengkritisi
pola pikir manusia, menyindir pola hidup maupun tingkah laku manusia yang
sering menginginkan kebahagiaan dengan banyak menutupi black hole dalam
dirinya, dan menambalnya dengan kepalsuan, yang justru merupakan dasar dari
depresi. Akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan kekacauan itu dengan cara
“into the wild”. Banyak orang yang mengganggap tindakannya bodoh dan emosional
belaka. Di satu sisi memang benar sih, secara nggak langsung dia sendiri
termasuk bertingkah palsu dengan lari dari kenyataan hidup, dan rasa-rasanya
terlalu ekstrim. But I still like his way hehe.
Kedua
wanita, Cheryl dan Robyn, yang notabene memiliki masa lalu yang cukup banyak
masalah, sengaja sendirian berpetualang di alam bebas untuk menjernihkan
pikiran mereka. Dan saya suka bagaimana cara mereka melalui semuanya, dan
ketika kembali dari alam mereka menjadi orang yang benar-benar “baru”, dan
melepas semua kesuraman masa lalu.
Nggak,
Saya nggak lagi frustasi seperti Cheryl. Atau cenderung lelah dengan kehidupan
yang palsu seperti yang diutarakan McCandless.
Nggak kok. Saya cuman mikir betapa asyiknya kalau saya punya keberanian untuk
melakukan hal yang sama seperti mereka, tapi atas dasar untuk mencari arti
hidup dan menemukan kedewasaan. You know like, ketika kamu terlalu memikirkan
dunia dan segala atribut keduniawiannya, ada saat dimana kamu ingin sendiri
untuk sementara, berjalan-jalan, menghirup udara segar, menikmati keidahan
alam, dan menyelami diri sendiri.
Tapi
anak mami dan manusia hedonis seperti saya bisa nggak ya berpetualang sendirian
di alam bebas?
sumber:
7 comments
Bisa banget kok berpetualang di alam liar, palingan mati kayak si Christopher. Atau minimal selamat tapi jadi buntung kayak yg di 127 Hours.
ReplyDeleteey, ya jangan sampai kaya gitu atuh :(
DeleteAku pernah nemu kutipan dari Henry sih, one's destination is never a place, but a new way of seeing things. Meskipun untuk menyadari 'cara lain melihat satu hal' itu adalah dengan jalan-jalan, kalau nggak bisa sih gak usah dipaksakan kalau menurutku xD
ReplyDeleteKadang, dengan bikin pertemanan baru bisa juga sih kita nemu jalan itu. Aku pernah sih lagi bingung sendiri gitu lalu akhirnya ngajak temen kelas (yg belum pernah jalan bareng) jalan ke bukit moko (kan deket ya) dan banyak banget hal baru yang aku temuin, baik tentang diri mereka, diri aku dan kota yang aku tinggali. Rasanya jadi gak sumpek lagi✌
Jadi, ya. Kalo lagi sumpek, nggak usah jauh-jauh perginya kalau nggak memungkinkan
XD
Aih berat banget makna filosofis film-film ini. Jujur aja aku nggak kuat nonton sampe tamat. -______-
ReplyDeleteMalahan film Tràcks aku nonton di UWRF 2014 dan ketemu penulisnya. :3
berusaha ajah agar bisa bebas :)
ReplyDeletesebenernya kalau bisa dan berani, aku mau kayak mereka mas. pergi kemana aja, ke alam bebas yang luas, sekedar buat njernihin pikiran :'
ReplyDeleteYang penting punya nyali yang gede yakin deh bisa berpetualang bebas dan menemukan jati dirinya :D
ReplyDeleteHalo salam kenal pertama berkunjung nih hehehe
widazee.blogspot.co.id