Suatu
sore, saya sedang duduk di halaman depan rumah dengan papa, kuperhatikan beliau
dengan diam-diam. Bertambahnya usia memang tidak bisa ditutup-tutupi,
helai-helai putih sudah mulai keliatan di sela-sela belahan rambutnya. Kantung
matanya yang semakin menggembung seakan ingin menyaingi kantung mata pak SBY.
Lalu
tiba-tiba saya teringat suatu percakapan di masa 10 tahun yang lalu antara
seorang teman dengan saya, kira-kira begini:
“Wan,
papa kamu baik ya, tiap hari suka anterin kamu ke sekolah, suka kasih uang
banyak. Papa aku mah jahat, marahin mulu“
Kujawab
dengan asal ungkapan teman saya itu. Padahal saat itu jujur saja saya
menganggap papa saya adalah monster pendiam yang tidak banyak bicara. Kenapa
monster? Karena setiap perkataannya harus dituruti, seperti bos nya musuh power
ranger. Tapi beliau ngga pernah marah-marah.
Balik
lagi ke teman saya. Saya sadar setelahnya bahwa ucapannya itu adalah bentuk
dari rasa iri. Iri karena menganggap papa saya lebih baik dari kepunyaannya.
Singkat cerita, teman saya itu ternyata mengidap skoliosis (melengkungnya
tulang belakang ke samping secara tidak normal). Jadi dia jarang sekolah dan
nggak pernah main sepak bola lagi. Ayahnya yang memang teman papa saya cerita
kalau teman saya itu harus dioperasi. Beliau juga bilang kalau seminggu 2x
harus mengantarkan anaknya untuk terapi, belum lagi kalau teman saya itu
sakitnya sampai sesak napas, beliau harus selalu siaga 24 jam.
Saya
masih ingat dengan jelas ayah teman saya itu orangnya gempal, pipinya bulat
karena lemak. Tapi setelah beberapa waktu ketemu lagi, beliau jadi kurus dengan
wajah tirus dan tulang pipi yang menonjol. Beliau kemudian curhat pada papa
saya kalau beliau juga sakit akibat stres dan kelelahan, tapi tidak menjadi
masalah asal anaknya bisa sehat lagi.
Sekarang
mungkin kalau teman saya mengingat pernyataan yang dia utarakan pada saya, dia
akan segera istighfar mengingat betapa besar pengorbanan ayahnya untuknya.
Suatu
sore itu, yang tadinya saya cuek dengan papa, mulai menawari diri mencabuti
uban-ubannya yang malang melintang, pengen meluk tapi ego saya terlalu besar,
huft.
Pikiran
saya mulai flashback kembali pada film-film bertemakan kasih sayang seorang
ayah yang menjadi favorit saya sampai saat ini. Yang juga mengingatkan saya
untuk tetap selalu menyayangi papa dan untuk selalu ada disisinya.
1. Like
Father Like Son (2013)
Film yang membuat saya menangis
terharu. Kisahnya manis dengan premis yang lain dari biasanya. Film dari
Hirokazu Koreeda yang dulu pernah menyutradari Nobody Knows (2004).
2. Sleepless
in Seattle (1993)
Kita bisa liat usaha Tom Hanks
berkomitmen untuk menjadi ayah yang positif dan peduli pada anaknya.
3. Miracle
in cell no. 7 (2013)
Ceritanya menyentuh banget, meskipun
udah ditonton 3x tetap saja bikin sedih.
4. Nebraska
(2013)
Ketika nonton film ini, kita seperti
sedang menyaksikan polemik yang benar-benar dialami manusia, bukan karakter
fiktif. Salut untuk Alexander Payne sang sutradara.
5. Trust
(2010)
Diangkat dari kisah nyata,
sebenarnya “Trust” ini lebih memberi peringatan kepada kita untuk tetap waspada
terhadap orang yang kita anggap teman di dunia maya. Ceritanya bener-bener
bagus, dan tentu saja ada sosok ayah yang selalu ada di setiap segala
permasalahan.
6. The
Pursuit of Happiness (2006)
Kita semua pasti udah tau gimana
pengorbanan Will Smith buat anaknya kan?
7. Boyhood
(2014)
Walaupun sudah bercerai dengan
istrinya dan jarang bertemu anaknya, Ethan Hawk tetap jadi ayah yang 100% keren
di mata anaknya.
8. Finding
Nemo (2003)
Cerita terfavorit. Saya pribadi
selalu terharu melihat perjuangan Marlin untuk menemukan Nemo.
9. To Kill
A Mockingbird (1962)
Menjadi figure ayah yang baik memang
harus jadi perhatian utama bagi sorang laki-laki yang memiliki anak. Itulah
yang akan kita dapatkan di film klasik ini.
10. The
Descendant (2011)
Masih Alexander Payne. Kali ini kita
diajak untuk mengikuti kisah sederhana tapi menyentuh dari serang ayah dan
anak-anaknya dalam mencari selingkuhan istrinya.
12. The
Godfather
Sepertinya film ini udah ngga perlu
penjelasan lagi ya.
7 comments
Film nemo juga banyak sekali manfaat yang dapat diambil dari film tersebut. Merasa nggak pernah bosan sudah menonton berapa kali pun tetap saja seru dan happy ending dan sedikit terharu juga sama perjuangan ayah untuk anaknya :')
ReplyDeleteiya Nemi emang bagus kok ceritanya. film pixar dengan penghasilan tertinggi kedua pula lagi. Nah itu, Marlin emang sosok ayah yang keren, kan? haha
DeleteCara orang tua (terutama Ayah) dalam mendidik anak memang beda-beda kan ya.
ReplyDeleteAyah saya juga kayaknya tipikal yang sama dengan ayah kamu. Pendiem tapi sebenarnya selalu minta dituruti. Tapi biar begitu, kadang suka sadar sendiri kalo apa yang Ayah lakuin dan suruh itu emang buat kebaikan anak-anaknya :D
Haduuuh, dari semua film yang dijejelin, saya sendiri baru nonton Finding Nemo. Kemarin sempat punya yang Miracle in Cell no.7 tapi saya hapus karena saya fikir film korea gak jelas. Uh :( Nanti minta lagi ah ke temen. Hehehehe.
Anyway, salam kenal yaa :))
nah itu, meskipun diem-diem, dan nggak nunjukin, tapi papa selalu sayang kok sama kita dan udah pasti mau yang terbaik buat anaknya.
Deletetonton dong, sedih tuh film Miracle in Cell no. 7.
Kurang Interstellar sama Star Wars.
ReplyDeletekurang gereget rip. sukanya drama
DeleteKenapa sih harus baca ini pas lagi gak baik sama ayah :')
ReplyDeleteSampe hari ini kayak udah 2 harian diem dieman mulu. Aku sebel ayahku hal hal kecil dibesar-besarin dan pikirannya kolot banget nggak mau maju. Sebel sekaligus sedih juga, dia jadi nggak punya koneksi yang luas (selain di kalangannya) dan nggak bisa melihat dunia luas.
Dan capek segala dilarang :')
Lah jadi tjurhat.
Ga mau nonton filmnya ah (sekarang)