Cerita
Daily Life
Thougts and Writing
Komitmen Level Soreang Bandung
Wednesday, March 30, 2016
Long time no see, ha?
Saat ini saya sedang menjalani salah
satu etape menuju titel “Mahasiswa Tingkat Akhir”, yang dimana obrolan-obrolan
di lingkungan sosial sudah masuk level normatif dan jauh ke masa depan (mungkin
faktor usia juga). Salah satu subjek yang sering dibahas adalah komitmen, khusunya
komitmen romantis antar manusia. Jauh sebelumnya juga saya udah sering mikirin
soal itu. Jangankan pernikahan, pacaran dengan partner saya saat ini pun
butuh banget komitmen yang lebih dari biasa. Kadang saya malah menghakimi diri
sendiri.
“Komitmen sama scrapbook dan kliping kamu aja belum bisa, apalagi ini yang tujuannya mewacanakan progresivitas, wan!“.
Perkara
seperti itu mah nanti juga pada saatnya udah diharuskan, saya juga pasti
jalanin kok. Pernikahan,
perkawinan, atau bersemenda, semua itu adalah salah satu ritus peralihan hidup
yang sakral dalam budaya kita. Alangkah baiknya kalau nggak dimain-mainkan, dan
disegerakan karena melihat orang lain sudah melakukannya, apalagi karena ‘ingin
cepat halal’. That’s just my two cents, sih.
Sebelum menuju komitmen besar
seperti itu, di tahun ini saya ingin membuat sekaligus merealisasikan
komitmen-komitmen kecil yang tujuannya untuk tholabul ‘ilmi dan membudayakan diri untuk bisa bertanggungjawab
dalam menjalankannya, sekecil apapun komitmen yang telah dibuat.
#1 Pembaca Marxisme yang teliti, rajin, dan
bersemangat
Konyol ya? Tapi serius, tahun ini
saya ingin membaca banyak buku mengenai Marx, dan bisa memahaminya dari berbagai
perspektif.
Ketertarikan saya dimulai ketika
menangkap beberapa konsep dari Marxisme, salah satunya mengenai norma-norma
rigid bagaimana masyarakat harus ditata. Marx mampu membedah suatu mekanisme
yang terjadi dalam masyarakat serta perubahan-perubahannya. Melalui pemahaman
mengenai hal-hal atau benda-benda yang terlihat, Marx mampu memahami yang tidak
terlihat. Atau populernya, cara pandang ini disebut materialisme historis.
#2 (kembali) Membuat kliping
Kalau
dulu hanya mengumpulkan rubrik dari kolom ekonomi saja, kali ini saya ingin
mengkliping semua kolom yang saya anggap menarik. Dan tidak lupa untuk menambahkan pendapat atau
komentar dengan substansi yang jelas.
#3 A camera is a tool for learning how to see
without a camera
Ketika
membaca biografi Dorothea Lange, saya menemukan kalimat di atas. Terlintaslah ide
untuk mengambil satu gambar perhari (dengan handphone atau kamera), dimana
salah satu tujuan dari komitmen ini adalah untuk mengingatkan momen-momen yang
telah dilewati setiap hari, sekaligus melatih skill fotografi. Sebagian foto
terbaik mungkin akan saya publish di Instagram.
#4 Historical
trip kemanapun kaki ini melangkah (?)
Peter J.M. Nas (antropolog budaya) berkata
bahwa ada tiga kategori penting sebuah kota untuk mempertahankan kenangan. Tiga
hal itu antara lain historis, budaya, dan kolektif. Setiap kota punya banyak
situs bersejarah yang menarik untuk dijadikan sebagai objek wisata.
Bagi saya, tidak sulit untuk
melakukan historical trip. Karena setiap tempat pasti memilik nilai
historis tersendiri jika dilihat dari berbagai perspektif. Misalnya seperti
berkunjung ke kantor kakek saya beberapa minngu lalu, atau ke bagian-bagian
tersudut di kota Bandung. Selain
itu, historical trip tidak harus melulu dengan benar-benar berkunjung ke situs
tersebut, hanya dengan baca buku, maka seolah-olah saya sedang melakukan time
travel.
Badshahi mosque atau “the Emperor’s Mosque” (Pakistan), dibangun tahun1973, salah satu bangunan bersejarah era Mughal yang ingin sekali saya kunjungi |
Begitulah mungkin secara sadar (dan
bersemangat) saya akan menjalankan komitmen yang telah saya buat di atas,
komitmen level Soreang Bandung. Soreang adalah salah satu kecamatan yang
merupakan titik sentral pemerintahan di Kabupaten Bandung, yang letaknya di
ujung paling selatan (masih ada Ciwidey sih sebenernya). “Komitmen level
Soreang Bandung” artinya komitmen yang saya buat masih dalam taraf ‘ujung’ dan
jauh dari tanggungjawab yang besar, dianalogikan sebagai Soreang yang berada di
ujung selatan dan jauh dari pusat Kota Bandung.
Saatnya
kuis! ----- apa hubungan premis mengenai komitmen
pernikahan dengan komitmen yang saya buat? hehehe
4 comments
Untuk yang terakhir mungkin untuk destinasi honeymoon kali yah, nggak mainstream sih menurut aku. Maybe. *ini apaan sih gue*
ReplyDeleteini kok malah ngomongin honeymoon -_-
DeleteWah mulai suka wacana kiri nih, baca Das Kapital sama Manisfesto Komunis bikin rieut aing mah.
ReplyDeleteKalau suka Marx, berarti harus baca gurunya juga, soal Hegel dan dialektikanya.
Dan juga jangan lupa sama bapak-bapak bangsa kita: HOS Tjokroaminoto sama Tan Malaka, mereka bikin buku keren pastinya. Dan lebih bisa dimengerti.
Das Kapital emang ngalieurken. tapi ini juga lagi nyari Madilog sih.
Delete