SNSD dan Product Life Cycle

Beberapa waktu lalu saya membaca sebuah artikel dari portal berita K-Pop yang isinya komparasi jumlah viewers antara MV Lion Hearts-ny...


Beberapa waktu lalu saya membaca sebuah artikel dari portal berita K-Pop yang isinya komparasi jumlah viewers antara MV Lion Hearts-nya SNSD dan Like OOH AH-nya TWICE, yang dimana grup rookie TWICE unggul 3 juta viewers dari SNSD sunbaenim, padahal mv mereka rilis 3 bulan setelah Lion Heart keluar. Lalu saat kemarin konser Phantasia SNSD, teman saya bilang seat PINK cukup sepi sampai bisa niru-niru dance-nya Taeyeon dengan leluasa (“bisa lari kesana kemari juga loh, wan!”). 

Di dalam ilmu ekonomi ada suatu konsep penting yang memberikan pemahaman tentang dinamika kompetitif suatu produk, dinamakan Product Life Cycle. PLC ini terdiri dari empat tahapan, yaitu intro, growth, maturity, dan decline. Menurut pandangan mengada-ada saya, SNSD sebagai salah satu produk jasa (jasa pemberi kebahagian utopis dan imaji (?)) dari SM Entertainment, saat ini sedang berada di awal masa Maturity, dimana tahap ini adalah titik tertinggi dalam siklus. Ciri-cirinya adalah strategi pemasaran dan pasar yang cenderung jenuh, serta penjualan menjadi lebih sensitif.

Pasar yang jenuh adalah efek dari ketiadaan inovasi dalam startegi pemasaran yang dilakukan oleh pihak manajemen. Jadi dengan hanya mengandalkan lemon soju tequila mojito saja ngga akan cukup untuk memuaskan pasar. Inovasi ini bisa dikembangkan dari segi apa aja sih, mau itu lagunya, MV, atau konsep yang diusung. Meskipun bagi SONE kayak saya, MV You Think yang biasa-biasa saja tetep ditunggu. Yang lebih penting lagi sih analisis potensi pasar, jadi album plus whole package-nya ngga dibuat hanya untuk memuaskan fans aja, tapi juga menarik fans (konsumen) baru. Caranya ya dengan konsep segmenting, targeting dan positioning.



Penjualan lebih sensitif maksudnya angka pemasukan untuk album, konser, iklan dan lain-lain mengalami penurunan jika dibandingkan dengan penjualan album sebelum-sebelumnya. Kita semua setuju kalau era The Boys sampai I Got A Boy adalah puncaknya SNSD, dan kalau dibandingkan dengan sekarang hasilnya sangat jauh.

Mengacu pada hakikat produk dalam kegiatan ekonomi, apabila suatu produk telah mengalami / sedang berada di puncak penjualan maka ada saatnya produk tersebut akan mengalami penurunan. Nah, Imbas dari kedua faktor yang saya sebutkan tadi nantinya mempengaruhi life cycle ke arah Decline atau penurunan bahkan sampai dead end. Ngga mau saya mah kalo SNSD nantinya ngga bikin karya lagi. Untuk itu ada istilah Extension Product yang tujuannya memperpanjang daur hidup. Secara ngga langsung ini adalah tugasnya SM entertaintment. 

Pada prinsipnya, hal-hal dasar dan mainstream yang harus dilakukan  manajemen kalo ngga mau artisnya decline adalah dengan, satu extension strategies, membuat teknik-teknik strategi kreatif untuk improve penjualan. Dua, adding value, menambahkan atau membuat sesuatu yang baru yang berbeda atau lebih baik dari kompetitor. Tiga expansion and explore market, seperti yang saya bilang tadi, jangan tersegmentasi hanya pada fans saja, tapi juga mencari konsumen baru.

Untuk melakukan ekstensi ini memang akan banyak mengalami kendala pada praksisnya, apalagi ini kan internalnya SNSD. Kalau dari manajemennya, dalam hal ini kesatuan perusahaan SM, malah lebih gampang. Buktinya saat ini SM lagi gencarnya melakukan ekstensi produk (idol), meregenerasi idol-idol angkatan lama (TVXQ, SuJu, bahkan SNSD dan fx) dengan yang baru dan fresh, kayak EXO, Red Velvet, NCT U. Implikasinya jelas, yang lama terabaikan, ibarat masih inget mantan eh ada pacar baru, lama-lama lupa deh sama mantan. Gitu sih. Ah dasar kapitalis.

Ini masih spekulasi kok, kan kata Phillip Kotler, orang yang jago ekonomi, kalau Product Life Cycle ini tidak konstan dan tidak dapat diduga-duga lamanya dalam satu tahap. Suatu produk mungkin kelihatannya mencapai tahap kedewasaan, padahal hanya mencapai saat mendatar pada tahap pertumbuhan untuk sementara sebelum menaiknya kurva untuk kedua kalinya.


You Might Also Like

5 comments

  1. Imaji????
    Buset ya ini karir SNSD aja bisa sampe dianalisis. Dah kak kalo belajar ekonomi skripsinya tentang masalah idol korea yang kena regenerasi aja dan mengalami tahap-tahap di atas... *ngaco*
    Btw, iya setuju dari The boys sampe I Got A Boy itu lagi puncak-puncaknya. Bukannya single yang The Boys itu sampe ada ver. Inggrisnya dan pernah tampil di Amrik ya? (Dulu pernah kepo tapi lupa dikit)

    Tapi gimana caranya biar nggak dead end atuh kan nanti mereka juga menua ._.

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku sanggup bikin skripsi manajemen artis, tapi masa harus ke korea dulu :(

      kalau menurut saya, dalam berkarya ngga ada istilah menua.

      Delete
  2. Ya emang gitu sih industri idol mah, paling lama satu "produk" ya bertahan paling lama 10 tahun, udah gitu ganti "produk" lain. Dulu SM punya HOT dan SES, terus BoA, ya sekarang produk utamanya masih SNSD. Hari ini Taeyeon, besok Wendy.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah gimana caranya biar bisa lebih dari 10 tahun?

      Taeyeon now and forever, besok Joy.

      Delete
    2. Menurut artikel "Factory Girl" mah, grup idola paling lama justru 5 tahun. Cara buat perpanjangnya sebatas idol individual, ada yg jadi penyanyi solo, kalau enggak ya jadi pemain drama/film, atau varshow.

      Wendy, misalnya, bakal jadi ost queen kayak Taeyeon. Joy mah paling cocok jadi penerus Yoona sih. Atau bisa jadi penyanyi trot, haha.

      Delete