Apa Kelebihan Seorang Medioker? Bisa Tidur Lebih Banyak

Benar adanya kalau alam bawah sadar menyimpan semua kebiasan berpikir dan bertindak. Begitupun kalau saya menganggap diri seorang medio...


Benar adanya kalau alam bawah sadar menyimpan semua kebiasan berpikir dan bertindak. Begitupun kalau saya menganggap diri seorang medioker, maka alam bawah sadar ini mengaminkannya. Apapun yang saya kerjakan, saya merasa bahwa pekerjaan itu hanyalah sia-sia bak sampah yang tikus pun nggak sudi meliriknya. Anggapan seperti itu membentuk pola yang konsisten untuk kemudian ditimbun dan menjadi gulma di pekarangan alam bawah sadar saya. Ditambah saya yang terlalu mudah menyerah sekaligus pemalas akut, yang pada akhirnya semakin mendorong diri ini menjadi semakin pesimis dan tidak berguna. Sialan memang. Keluarlah seluruh umpatan dari A sampai Z.

Pola pikir yang seperti itu mengkerdilkan harapan dan ambisi saya. Hal-hal yang membuat saya berpikir tentang nilai ketidakbergunaannya, bukanlah hal yang ngga bisa saya lakukan, tapi justru hal yang sangat saya sukai misalnya seperti menulis atau menggambar. Sudah berapa kali saya merampungkan sebuah tulisan yang malah bikin, anjis naon ieu teh?. Seenggaknya saya ingin membuat satu saja, kalau bisa banyak, tulisan yang kau boleh sebut bermakna. Saya memang ngga terlalu percaya diri dalam hal ini. Rasanya iri melihat orang lain bisa jujur mengungkapkan perasaannya dalam tulisan. Esai terakhir yang saya buat dan disebarluaskan setelah dibaca kembali berisikan omong kosong, yang cetakannya hanya cocok dijadikan pembungkus bala-bala.

Adakah hal lain disamping uang yang menjadi hal fundamen bagi seorang pebisnis merangkap seniman? Ada, kepuasan konsumen. Tadinya untuk urusan menggambar saya selalu percaya diri. Saya berusaha untuk selalu maksimal dalam hal ini. Pesanan gambar maupun menggambar untuk sendiri seringnya saya lakukan dengan sepenuh hati. Tapi ada sentimen pribadi kalau hubungannya dengan konsumen, yang ngga hanya melibatkan kepuasan. Ada hal abstrak antara kepuasan dan kepercayaan yang ngga bisa saya ungkapkan lebih jelas. 

Jika kedua hal di atas sudah mempengaruhi titik paling emosional dalam diri saya, maka saya akan merasa orang paling bodoh. Ya medioker yang ngga bisa apa-apa.

Sebenarnya masalah bukan hanya ada pada kebiasaan menganggap diri medioker saja. Tapi juga kemauan belajar dengan sungguh-sungguh. Pernah dengar bila seseorang menginginkan sesuatu dengan bersungguh-sungguh maka seluruh dunia akan berkonspirasi untuk mewujudkan hal itu terjadi? Dan dasarnya ada pada seberapa besar usahanya? Ungkapan tersebut ngga berpengaruh apa-apa buat saya, karena seringnya saya pesimis, bukan bukan, saya pemalas. Pemalas sekali. Jadinya ibarat kau ingin menyeberangi lautan untuk menemukan pulau penuh harta karun, tapi yang kau punya hanya dayung saja, dan kau beralasan ngga mempunyai buku panduan membuat rakit. Sesudah itu apa yang kau lakukan? Tidur. Mengumpulkan niat, malas, tidur, percaya diri kembali, malas, tidur, streaming K-Drama, tidur.

Mengingat penilaian subjektif Mochtar Lubis mengenai manusia Indonesia yang diantaranya adalah pemalas dan berwatak lemah, maka saya ngga bisa menafiknya. Alasan untuk tidak menjadi medioker belum saya temukan, salah, lebih tepatnya saya lamban beraksi. Ketimbang banyak berlatih menggambar atau banyak membaca saya lebih banyak menonton Taeyeon, Joy, dan Weekly Idol. Tapi itu juga penting. 

Sekarang bila ingin menulis di blog atau menerima pesanan gambar, saya selalu pikir-pikir dulu. Kalau dulu menulis ya menulis lalu posting, menggambar ya menggambar lalu dijual atau post Instagram. Ngga banyak yang dipikirkan. Tapi apalah hasilnya malah membuat saya mengumpat kemudian. “Anjing!”.  

You Might Also Like

5 comments

  1. Karya seorang penulis adalah produk dari kemalasan, sebut Borges. Oh tiada tuhan selain Borges.

    ReplyDelete
  2. Santai kak. Banyak kok yang merasa begitu, aku juga sering ngerasa gak pede kalau bikin sebuah karya. Entahlah, hidup itu rasanya terlalu kompleks. Makin dewasa, kita malah makin bingung harus berbuat apa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hidup santai dan menikmati hidup beda ngga sih?

      Delete
  3. Tapi keren sih ngerasa kaya gini tuh, lebih baik merasa buruk agar berusaha berkembang, daripada merasa hebat.

    Dulu saya sering banget ngerasain kaya gini, tapi dari situ muncul pemikiran baru dari sikap yang gelisah, edan jadi bisa ngelakuin ini itu hasilnya, sekarang pun masih ngerasain kaya gitu tapi engga sesering dulu.

    Ya namanya juga mamalia wajar banget kalau mager hahaha, semoga makin gelisah Wan, biar makin terasah gagasannya!

    ReplyDelete