Semua
serba terbatas disini, di dalam sini, di dalam ruang sempit ini. Sinarku hanya
untuk menerangi diriku sendiri dan ruangan sesak diluar bulatanku. Lalu kulihat
jendela kecil, di luar sana gelap, tidak ada yang sepertiku, bagaimana bisa?
bagaimana bisa manusia hidup dalam kegelapan itu? Aku ingin berada disana! Aku
ingin menerangi kegelapan itu.
Kulihat
sekali lagi ke luar jendela kecil itu, dan kegelapan itu hilang, setitik hitam
pun tidak ada. Apa cahaya ku yang menghilangkannya? Apa semua karena keinginan
besarku? Tidak mungkin! Aku terlalu lemah. Ada cahaya besar, indah, dan kuat di
luar sana. Biru, kuning, emas, jingga, semua berbaur, ah indah. Aku ingin berada
disana! Aku ingin bersama-sama dengan cahaya indah itu.
Kutanya
bulatan di ruangan sesak sebelah ruanganku,
“Hey!
Apakah kau tahu darimana cahaya di luar jendela itu berasal?”
“Oh,
cahaya itu berasal dari Matahari, raja dari segala raja cahaya, raja kita
semua” jawabnya.
“Bolehkah
aku menemui baginda raja? Aku ingin sekali bertemu dengannya, aku ingin menjadi
bagian keindahan yang ia ciptakan” aku mengutarakan keinginanku.
“Tidak
bisa, kawan. Kita makhluk kecil, untuk keluar dari ruang sempit ini pun tidak
bisa”
Aku
menghela nafas, aku sakit hati harus menerima kenyataan pahit, ucapannya memang
benar, mana mungkin aku bisa keluar sana, aku hanya bisa tersenyum kecut. Hari
demi hari kulalui dengan tetap menyimpan keinginan besarku itu. Setiap gelap
hilang, kutatap penuh harap cahaya dari sang raja. Sampai suatu hari, aku
merasa diriku sudah lelah, aku tidak ingin terus menyala dalam putus asa,
percuma hidup jika aku tak bisa menggapai mimpiku, lambat laun cahayaku
meredup, aku yang kecil ini mejadi semakin lemah dan kecil, aku menyerah, aku
sakit, aku padam, gelap, padam, gelap, hilang.
Prosa
kasar, dibuat di kamar kosan.
GKPN, Jatinangor, 2015
6 comments
jadi ini curhatan dalam bentuk prosa atau gimana?
ReplyDeleteberisik kamu sak, aku bacok mau?
DeleteMakanya dalam hidup kita jaman mudah merasa puas dan mengurung diri di dalam zona aman. Harus selalu menantang diri sendiri untuk menjadi lebih dan lebih baik lagi, keluar dari comfort zone, bergaul dengan banyak orang-orang yg punya pemikiran jauh lebih bijaksana daripada kita. Dan suatu hari, kita yg akan jadi pelita bagi generasi-generasi di bawah kita.
ReplyDeleteSatu kata yg paling berkesan dari dosen favorit gua : "Biarkanlah hidupmu bersinar"
iya banget, susah dan akan terus jalan di tempat kalo betah di comfort zone-nya kita sendiri. Apalagi alasannya karena malas.
Deletetulisanya bagus
ReplyDeleteKok bagus sih..
ReplyDeleteBagus inii buat di-submit ke project murmur berikutnya kak! Temanya pas, lagi.
Coba submit kalau mau kak, nanti diterbitin jadi buku bareng tulisan temen temen yang lain XD
https://twitter.com/themurmurhouse/status/636393311335350273